Pengertian Cinta
Kasih
Menurut
kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa
sangat suka (kepada) atau (rasa) saying (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih
atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan saying atau
cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih
hampir bersamaan, sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta
kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka kepada seseorang yang disertai
dengan menaruh belas kasih.
Walaupun
cinta kasih mengandung arti hamper bersamaan, namun terdapat perbedaan juga
antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan
kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam
itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta
memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan
landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan
anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.
Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya
sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan
berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam
bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama
memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari
kemampuan. Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya
manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu,
yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Pada pengasuhan
contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya; bagaimana
seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh anaknya dengan sepenuh hati.
Sedang dengan tanggung jawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama
sekali suka rela yang dalam kasus ibu dan anak bayinya menunjukkan
penyelenggaraan atas hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian diri
sebagaimana adanya. Yag ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan
untuk mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur tersebut, yaitu
pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat dibina
secara lebih baik.
Pengertian
tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono. Dikatakannya bahwa
cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang
dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia,
segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan
dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan
tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum
dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai
uang tanpa merasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya.
Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai,
rasa kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta.
Selanjutnya
Dr. Sarlito W. Sarwona mengemukakan, bahwatidak semua unsur cinta itu sama
kuatnya. Kadang-kadang ada ketereikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau
kemesraan kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiataan yang amat kuat,
kecemburaannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau
hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman.
Misalnya cinta sahabat karib atau saudara kandung yang penuh dengan keakraban,
tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih
setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya.
Cinta
juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur
keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta
yang pincang.
Selain
pengertian yang dikemukakan oleh sarlito, lain halnya pengertian cinta yang
dikemukakan oleh Dr, Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya manajemen cinta. Cinta
adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai
kekasihnya penuh gairah, lembut, dan kasih saying. Cinta adalah fitrah manusia
yang murni, yang tidak dapat terpisahkan dengan kehidupannya. Ia selalu
dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara terhormat dan mulia,
suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mepergunakan cinta itu untuk mencapai
keinginannya yang suci dan mulia pula.
Di
dalam kitab suci Alquran, ditemukan adanya fenomena cinta yang bersembunyi di
dalam jiwa manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah
dan rendah. Tingkatan cinta tersebut di atas adalah berdasarkan firman Allah
SWT dalam surah at-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut :
Katakanlah
: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah
mendantangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik.
Cinta
tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan
Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara,
istri/suami dan kerabat harta dan tempat tinggal.
Hakekat
cinta menengah adalah suatu energy yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia
timbul dari perasaan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan,
atau persahabatan. Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan
diantara mereka, semakin akrab.
·
cinta memiliki 3 unsur
pengertian cinta
menurut Dr sarlito w sarwono bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu
1.keterikatan
adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, ada uang sedikit beli hadiah untuk dia
2.keintiman
adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi panggilan formal seperti bapak, ibu saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya.makan sepiring berdua
3.kemesraan
adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa kangen rindu kalo jauh atau lama tak bertemu, adanya ungkapan ungkapan rasa sayang dan seterusnya.
http://kentutsiangbolong.blogspot.com/2009/06/3-unsur-dalam-sebuah-cinta.html
1.keterikatan
adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, ada uang sedikit beli hadiah untuk dia
2.keintiman
adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi panggilan formal seperti bapak, ibu saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya.makan sepiring berdua
3.kemesraan
adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa kangen rindu kalo jauh atau lama tak bertemu, adanya ungkapan ungkapan rasa sayang dan seterusnya.
http://kentutsiangbolong.blogspot.com/2009/06/3-unsur-dalam-sebuah-cinta.html
- 3 TINGKATAN CINTA
1. Cinta kepada Tuhan pemilik alam semesta ini, karena tanpa kekuasaanya, kita takkan ada di bumi ini. Dan cintailah pengikutnya yaitu nabi Muhammad saw. Dalam islam ada sebuah saran, yaitu cintailah nabimu, yaitu Muhammad saw. Karenanya ia kan membawa kebenaran kepada umatnya.
2. Cinta kepada kedua orang tua yang senantiasa menjaga kita dari sebelum lahir hingga saat ini. Perjuangan seorang ibu itu tiada tara dibanding apapun juga. Dia senantiasa menanggung kita selama 9 bulan dalam perutnya dan mempertaruhkan nyawanya demi lahirnya kita di bumi ini.
3. Cinta terhadap teman maupun teman spesial dalam hidup kita.
http://alvianrachman.blogspot.com/2012/10/manusia-dan-cinta-kasih.html
·
gambar
unsur cinta
·
pengertian kasih sayang
suatu sikap saling menghormati dan mengasihi
semua ciptaan Tuhan baik mahluk hidup maupun benda mati seperti menyayangi diri
sendiri sendiri berlandaskan hati nurani yang luhur. Kita sebagai warga negara
yang baik sudah sepatutnya untuk terus memupuk rasa kasih sayang terhadap orang
lain tanpa membedakan saudara , suku, ras, golongan, warna kulit, kedudukan
sosial, jenis kelamin, dan tua atau muda.
·
Orang
tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya.
Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
1. Orang Tua Bersifat Aktif,Si Anak Bersifat Pasif.
Dalam hal lini orang tua memberikan kasih sayang terhadap
anaknya baik berupa moral-materi dengan sebanyak-banyaknya dan si anak menerima
saja, mengiyakan tanpa memberikan respon. Hal ini akan menyebabkan anak menjadi
takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat,
minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri di dalam masyarakat.
2. Orang Tua Bersifat Pasif, Si Anak Bersifat Aktif.
Dalam hal ini si anak berkelebiahn memberikan kasih
sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, oran
tua mendiamkankan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian dengan
apa yang diperbuat si anak.
3. Orang Tua Bersifat Pasif, Si Anak Bersifat Pasif.
Di sini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya,
tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga
sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa caranya sendiri,
tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang
materi saja.
4. Orang Tua Bersifat Aktif, Si Anak Bersifat Aktif.
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih
sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak
sangat intim dan mesra, saling mencintai, saling melengkapi, saling
membutuhkan. Keluarga yang bertanggung jawab akan betul-betul memelihara
keharmonisan keluarganya. Komunikasi dan kasih sayang yang harus dicetuskan
sejak anak dalam kandungan hingga dewasa.
·
Contoh
tentang kisah cinta
Aku terkenal
dengan sifat ceriaku yang ditandai tertawaku yang terbahak dan menimbulkan gema
dan gelombang suara yang cukup keras di antara suara normal lainnya. Panggil
saja aku ica. Pangilan manja yang diberikan kakekku sewaktu ia masih hidup,
meskipun aku tak mengingat jelas wajah sang pejuang itu karena umurku yang
terlalu kecil untuk menyimpan potongan kehidupan di sekitarku.
Sekarang aku
tumbuh dewasa jadi perempuan belia yang cantik menurut ibuku, sang wonder woman
di jagad raya. Aku sang anak tua yang dianak bungsukan. Entah apa pemikiran
ayahku, yang selalu menggapku kecil, sosok gadis kecil yang merengek akan
sepotong kue atau sebungkus permen.
Semakin besar
aku semakin mempunyai pemikiran untuk kehidupanku, setidaknya tak seperti dulu,
aku yang tak perduli dengan lingkungan sekitarku, apa lagi soal cinta. Tidak di
umurku yang sekarang, hati peraasaan yang telah terbentuk karena saatnya
terbentuk sudah tiba waktunya untuk aku dan perasaan ini mengenal sosok yang
memiliki dan mencari kepingan yang sama.
Ternyata aku
menemukan sosok itu, yang awalnya kuanggap sosok itu yang di pikiranku. Semua
terjadi karena ketidak sengajaanku meminta perluasan pertemanan di dunia maya
dengan sahabatku yang kuliah di sekitaran pulau jawa. Aku yang tertarik akan
satu akun, yang memiliki ava terjelek saat itu, lalu aku memfollownya, dengan
niatan perluasan pertemanan di dunia maya saja, tak nyata dan takkan pernah
nyata. Semua berlanjut, dengan penuh warna dan rasa. Aku kembali tersenyum saat
itu, setelah ayahku meninggalkanku dan mereka dengan cepat dan tiba-tiba.
Pembicaraan-pembicaraan
berlanjut, dan akhirnya bertemu. Semua yang tak pernah ku bayang kan terjadi,
seolah-olah ada yang mengatur pertemuan ini. Aku serasa hidup kembali, karena
aku menemukan tempat bercerita kembali selain ayahku.
Entah mengapa,
atau bagaimana aku menjelaskannya, tak seperti wanita lainnya yang akan
tersipu-sipu saat menerima bunga, aku tak suka jika diberi bunga mawar, bunga
melati dan lain sebagainya. Pola pikirku berubah saat aku membaca sebuah
artikel aneh dari sebuah majalah online yang waktu itu membahas arti tentang
sebuah bunga, dan artikel itu juga menjelaskan, kamu dapat menebak sifat para
lelaki yang medekatimu dengan cara dan trik tertentu dari bunga yang mereka
berikan. Tapi aku lebih menyukai jika lelaki itu memberiku boneka, khayalanku
pun terjadi, sosok maya yang sekarang nyata di hadapanku memberiku sebuah
boneka.
Satu hari
bertemu dan membuat semuanya berubah, awalnya aku tak menyukai sosok dalam
dunia maya ini, karena dia selalu menghujani mention-an di twitterku dengan
pertanyaan-pertanyaan yang bisa dikatakan selalu berulang-ulang setiap jamnya
tapi sekarang aku sedikit memandanginya dengan pandangan berbeda, entah
senyumnya yang begitu manis, atau karena tatapannya yang membuat jantungku
kehilangan normal detak, atau pun karena perhatiannya yang membuat aku sedikit
nyaman dengan dirinya, aku tidak tau.
Boneka yang
cukup besar sekarang menghiasi tempat tidurku yang setiap malamku peluk tanpa
alasan, padahal guling-guling yang seukuran tubuhku cukup empuk jika kupeluk.
Boneka ini kuberi nama mr. poo, cukup simple kenapa nama ini yang kuberikan
kepada panda yang menggigit bambu di mulutnya ini. Nama ini keluar saja di
benakku, nama ini berasal dari sebuah nama barber shop yang cukup digemari para
pria beranjak remaja, remaja dewasa, dan pria dewasa. Sosok maya yang sekarang
nyata ini sebelum kami bertemu dan jalan-jalan ala anak muda biasanya, dia
menyempatkan diri untuk merapikan sedikit potongan rambutnya di barber shop
itu.
Seminggu
berlalu setelah dia merantau kembali ke tempat dia kuliah. Aku merasa semakin
dekat, aku mulai merindukannya. Komunikasi tanpa putus, dari mulai hal apapun
itu, semua obrolan. Obrolan ringan maupun berat, obrolan serius dan bercanda,
obrolan pribadi ataupun biasa. Aku sedikit memahaminya. Dan mulai menyirami
bibit yang dia tanamkan saat ia pulang.
Ultahku yang
ke 19 tahun, pagi dengan penuh hambatan memulai hari special itu. Saat aku
hendak ke kampus ban motor pecah berkali-kali, tapi aku tetap tersenyum karena
dia memberikan ucapan dan membuat personal message (pm), simple tapi itu
berarti untukku.
Keasyikan yang
kurasakan saat pagi, siang dan sore pun seketika hancur, pukul 18.00 wib. Tanpa
hujan dari langit, tanpa angin yang berhembus sepoi ataupun badai, dan tanpa
ada gemuruh berkeliaran di langit. Dia memberiku kata yang sedikit amat pahit
dan sontak aku pun menghilang darinya.
Isakan deras
yang kulakukan di hadapan sahabat kampusku. Membuatku sedikit lega. Mereka
mencoba memahamiku dan memarahi keputusan yang pernah kubuat dahulu. Mereka
membuka pikiranku, untuk berpikir lebih kedepan, ini adalah salah satu dari
rasa dunia yang harus kita cicipi, ini pesan mereka.
Kondisiku pun
melemah, aku tak kuat menahan rasa sakit hidungku saat makan siang bersama
mereka sahabat-sahabatku. Tak sempat aku berlari ke toliet untuk menyembunyikan
apa yang terjadi dengan kondisiku saat itu. Darah pun keluar dari hidungku
tanpa kusadari, saat aku tertawa sambil menahan rasa sakitku, yang selalu ku
remehkan. Mereka langsung terdiam dan aku langsung menyerobot tisu-tisu makan
di hadapanku, dengan tarikan nafas yang sangat pedih, aku tetap berusaha untuk
bernafas pelan, agar darah yang keluar ini tidak terhirup dan masuk ke
paru-paruku. Aku akhirnya harus jujur dengan keadaanku, soal kanker yang
bersarang di hidungku. Tapi salah satu dari mereka heran. Jika kalau aku adalah
salah satu penderita kanker, mengapa tidak ada pengaruh fisik seperti berat
badan turun drastis atau sering pingsan mendadak ataupun mimisan yang tak terlalu
sering terjadi padaku, mengapa aku tidak meminum obat-obatan yang begitu
banyak.
Aku
menjelaskan dengan perlahan kepada mereka yang berada disana waktu itu.
Kankerku tak berpengaruh ke fisik tapi penyakit ini menyerang seluruh tulang
rawan di sekitar hidungku. Efek terberat yang pernah kurasa adalah saat dimana
udara dingin, hidungku tersumbat kemudian berdarah dan sakit di sekitar hidung
sampai ke kepala depan dan kelopak mataku sangat sulit dibuka, membuatku sangat
sangat pasrah dengan kondisi itu. Setelah mendengar penyakit ini
sahabat-sahabatku berjanji akan menemaniku, apapun kondisiku dan apapun yang
terjadi padaku kedepannya. Kata-kata yang sama diucapkan oleh sosok maya yang
pernah nyata di kehidupanku.
Sosok yang
maya itu pun datang kembali menghubungiku. Aku dan dia berbaikan. Mengisi
hari-hari bersama lagi, berbeda. Ternyata aku pihak ketiga di antara mereka
berdua yang lebih dahulu menjalin kasih. Oh tuhan cobaan apalagi ini.
Aku
menjalaninya dengan bayak rasa, sampai akhirnya kami bertemu lagi. Dan aku pun
mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya. Sosok itu akhirnya tetap dan
kembali maya di kehidupanku. Dia tetap menghilang. Tanpa kabar dan arah. Dia
ternyata semangat hidupku. Tapi apa daya tangan tak sampai, jika aku
melanjutkan ini, aku yang akan dihujat oleh semua orang, merebut kekasih orang.
Ternyata sama
dengan keadaan kesehatanku, hidungku semakin sakit. Ibu yang tak tau seberapa
sakit yang kutahan membuatku bertahan dengan penyakit ini. Aku hanya
menggunakan obat spray alergi kehidungku, dan itu sedikit membantu meringankan
sakit yang kurasa saat itu. Obatku hampir habis aku tak punya uang lebih untuk
membeli obat ini, haruskan aku jujur dengan penyakitku ini pada ibu yang baru
kehilangan semangatnya?. Tidak, aku tetap dengan pendirianku untuk menutupi
penyakit ini. Aku hanya mengatakan bahwa aku alergi debu dan dingin. Dan aku
meminta teman lamaku untuk berpura-pura jadi ibuku saat aku diharuskan dokter
membawa orangtua.
Saat itu teman lamaku terlibat
perbincangan sangat serius dengan dokter yang mendiagnosa penyakit ini.
Sesekali aku melihat raut muka yang terkejut dari wajah polos temanku itu.
Sesekali dia menoleh ke arahku sambil melempar senyum kagum, entah apa yang
dipikirkan temanku itu, dhea namanya.
Dhea sedikit kebingungan setelah obrolan itu, dia hanya menatapku kosong.
Dhea sedikit kebingungan setelah obrolan itu, dia hanya menatapku kosong.
“apa kata
dokter tadi, dhe?” tanyaku sambil tersenyum-senyum.
“sepahit
itukah kejujuran sehingga kau ingin orang-orang hanya bisa merasakan kemanisan
dari sebuah kebohongan yang kau buat?” ucap dhea dengan sedikit emosi.
“apa sih dhe?
Aku ngak paham.” jawabku yang sedikit memperhatikan raut muka dhea.
“sakitmu cha!!
Kenapa kamu selalu tersenyum! Kamu tau kamu!” ucap dhea gemetar. Temanku satu
itu tak dapat mengucapkan kata-kata lagi, dia hanya memelukku erat dengan
guyuran deras dari matanya, sehingga membasahi sisi lain jilbabku.
“sudah dhe,
sakit ini tak boleh mengubah senyumku, aku kan anak yang ceria, apapun yang
kurasa, aku harus tampil ceria” ucapku sambil mengelus kepala temanku itu.
“kamu jahat
cha, kamu harus dioperasi cha!! Kalo tidak..” kata dhea terputus karena isak
tangis yang semakin jelas.
“kalo tidak
kenapa dhe? Aku mati?” lanjutku bertanya dengan dhea.
“iya cha!!
Kamu gilaaa, aku ngak mau kehilangan kamu cha, kamu sahabat aku cha, lebih,
kita udah kayak saudara cha!” jawab dhea dengan sesekali mengusap air matanya
yang tak kunjung kering.
“sudah ayo
kita pulang, biarkan waktu yang menjawab dhe.” ucapku dengan santai.
Aku memiliki
tempat impian yang inginku kunjungi dengan sosok maya yang dahulu menghiasi
sisi lain kehidupanku. Tempat itu cukup jauh di negara teromantis di dunia,
“ponts des art”. Ya inilah tempat impianku. Tapi sepertinya aku tak akan pergi
bersama sosok yang itu. Aku akan pergi bersama rombongan yang mendapatkan
beasiswa ke eropa. Aku telah mengukir nama sosok itu di gembok yang akan ku
kuncikan disana dan kunci itu pun akan kubuang ke sungai yang berada di bawah
jembatan itu. Keberangkatanku hanya beberapa menit lagi, aku yang sudah berada
di ruang tunggu keberangkatan yang bersiap-siap menuju pesawat tapi entah apa
yang kurasa. Aku melihat sekilas sosok itu dalam bola mataku, secepat kilat
semua menjadi gelap.
Perlahan
dengan berat aku berusaha membuka mataku, sangat silau terasa di pupilku sangat
banyak cahaya berlomba-lomba mengintip bola mata mungilku. Ternyata aku jatuh
pingsan di bandara dan aku dilarikan ke rumah sakit terdekat. Aku yang pingsan
seperti orang tidur yang butuh waktu berjam-jam untuk menyadarkanku. Membuat
sedikit kerepotan suster yang sudah menghabiskan beberapa botol minyak angin
yang dioleskan di hidung, kening dan dadaku agar terasa hangat, mungkin bukan
hangat tapi panas agar merangsang kulitku. Tetap saja itu tak membuatku sadar.
Tapi satu hal yang menyadarkanku dari sebuah kesekaratan hidup itu, sosok maya.
Sosok yang selalu menghantuiku, yang selalu berlari tanpa lelah di benak ini.
Dia memanggilku, dan membuat alam sadarku perlahan berfungsi kembali.
Keberangkatanku
ditunda, aku masih dirawat inap di rumah sakit yang menanganiku saat aku jatuh
pingsan. Hidungku kembali berulah, mimisan semakin kerap terjadi, karena
mungkin pikiranku yang terlalu lelah selalu memikirkan sosok bayangan itu.
Tiga hari berlalu…
Aku bosan berada di rumah sakit, yang mengunjungiku berbeda dengan harapanku, tapi mereka berusaha membuatku dan memberikan senyuman terindah setiap hari, mereka seluruh teman-temanku. Aku bertanya sendiri dalam hati, sosok itu, taukah dia kondisiku?. Pasti dia tak ingin mengenalku lagi, pasti dia tak ingin menemuiku lagi. Apalagi dengan kondisiku seperti ini, seperti tengkorak busuk yang dibalut daging pucat yang dingin tak berdarah.
Aku bosan berada di rumah sakit, yang mengunjungiku berbeda dengan harapanku, tapi mereka berusaha membuatku dan memberikan senyuman terindah setiap hari, mereka seluruh teman-temanku. Aku bertanya sendiri dalam hati, sosok itu, taukah dia kondisiku?. Pasti dia tak ingin mengenalku lagi, pasti dia tak ingin menemuiku lagi. Apalagi dengan kondisiku seperti ini, seperti tengkorak busuk yang dibalut daging pucat yang dingin tak berdarah.
Dokter sedikit
pasrah dengan keadaanku, badanku semakin pucat. Tak terasa ternyata badanku
sedikit langsing, aku pun tersenyum bahagia dengan suster yang menimbang dan
mengontrol berat badanku. Aku menyampaikan pesan yang bahagia menurutku kepada
mereka yang selalu mengunjungiku setiap waktu secara bergantian. Tapi raut muka
mereka sangat sedih, aku yang menarik kedua sudut bibir teman-temanku untuk
memaksa mereka tersenyum. Tapi mereka menarik tubuhku dan memeluk dengan erat
serta berbisik dalam isakan “kamu kuat cha, kau sahabat terbaik kami”. Aku
tertawa kecil yang membuat mereka sedikit kebingungan dengan tawa yang
kulontarkan saat itu, karena hampir seluruh dari mereka yang memelukku
mengatakan hal yang sama, seperti sudah ada skrip yang harus dan sudah dihafal
di luar kepala.
Hari ke-lima aku di rumah sakit…
Aku membuka mata di pagi hari karena sinar matahari dari sela-sela kaca jendela memaksa kelopak mataku untuk membuka tirainya. Tak kusangka, di ujung kaki di tempat tidur rumah sakit tempat ku merebahkan badanku yang lemah ini, ada boneka besar itu, mr. Poo. Aku melihat sekeliling kamar, tak ada satu pun orang, mungkin ibuku yang membawakan ini, ucap otakku yang tak ingin berharap lagi. Tapi ternyata tidak, sosok maya itu muncul dari balik pintu kamar mandi sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk biru yang mungkin itu miliknya. Tanpa berkata apa-apa ia mendekatiku dan mengambil tas koper dan tas ranselnya yang ia sembunyikan di bawah ranjang tidurku. Aku hanya melihat geraknya seperti mimpi dengan sesekali aku menampar pipiku, tapi aku tidak sedang bermimpi. Tetap tak berkata-kata, dia memakai kaos kuning yang aku sukai dan itu membuatku tersenyum mungil. Kemudian ia menyeruput teh hangat yang mungkin ia buat sebelum mandi dan menggigit sedikit roti yang ada selalu di meja tamu di ruang inapku.
Aku membuka mata di pagi hari karena sinar matahari dari sela-sela kaca jendela memaksa kelopak mataku untuk membuka tirainya. Tak kusangka, di ujung kaki di tempat tidur rumah sakit tempat ku merebahkan badanku yang lemah ini, ada boneka besar itu, mr. Poo. Aku melihat sekeliling kamar, tak ada satu pun orang, mungkin ibuku yang membawakan ini, ucap otakku yang tak ingin berharap lagi. Tapi ternyata tidak, sosok maya itu muncul dari balik pintu kamar mandi sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk biru yang mungkin itu miliknya. Tanpa berkata apa-apa ia mendekatiku dan mengambil tas koper dan tas ranselnya yang ia sembunyikan di bawah ranjang tidurku. Aku hanya melihat geraknya seperti mimpi dengan sesekali aku menampar pipiku, tapi aku tidak sedang bermimpi. Tetap tak berkata-kata, dia memakai kaos kuning yang aku sukai dan itu membuatku tersenyum mungil. Kemudian ia menyeruput teh hangat yang mungkin ia buat sebelum mandi dan menggigit sedikit roti yang ada selalu di meja tamu di ruang inapku.
Sekitar dua puluh menit ia duduk di
sampingku sambil menganti-ganti chanel televisi dengan remote tanpa berkata
satu kata pun padaku, mengucapkan “hai” pun tidak, apalagi untuk menanyakan
kondisiku. Akhirnya aku yang mulai pembicaraan, dengan kata “apa kau
mengingatku?”.
Sosok itu pun mengakukan pergerakannya. Kemudian menjawab “mungkin”. Aku yang penasaran dari mana ia mengetahui kondisiku saat ini dan terucap oleh suara yang samar dan dia mendengarnya. “aku melihat twit-mu. Jika kau tetap di rumah sakit lebih dari 3 hari, aku akan menemuimu” jawab lelaki ini dengan melihat tanganku yang terinfus selang bening. Ternyata lelaki ini selalu memantauku dengan status tak penting di twitterku.
Sosok itu pun mengakukan pergerakannya. Kemudian menjawab “mungkin”. Aku yang penasaran dari mana ia mengetahui kondisiku saat ini dan terucap oleh suara yang samar dan dia mendengarnya. “aku melihat twit-mu. Jika kau tetap di rumah sakit lebih dari 3 hari, aku akan menemuimu” jawab lelaki ini dengan melihat tanganku yang terinfus selang bening. Ternyata lelaki ini selalu memantauku dengan status tak penting di twitterku.
“dengan
alasan, rasa kemanusiann kan?” jawabku dengan gemetar.
“mungkin”
serobot ketus sosok ini.
“ohh,
pulanglah, aku sudah baikkan. Aku besok akan pulang, kasian dengan kuliahmu
yang terbengkalai hanya karena manusia keropos sepertiku, kasian pacarmu yang
merindukanmu karena kamu cuma ingin melihat aku yang tak kau kenal.” jawabku
perlahan.
“besok? Kau
pulang? Kurasa kau cukup pintar untuk membohongi orang yang berumur di atas 18
tahun ini. Aku tau, kau besok atau lusa akan operasi, yang kau ucap tadi
urusanku, bukan urusanmu. Urusanmu sekarang untuk melawan penyakit itu menang
atau kalah.” ujar lelaki ini sedikit menatapku tajam.
“hahaha,
tidak, tidak, aku sudah kuat, tanpa operasi aku bisa melanjutkan semuanya,
fadhly.” sebutku dengan tertawa lepas.
“hey, manja.
Mau kemana kau sekarang? Aku tau, kau bosan dengan kamar ini.” tanya nya
sedikit bersemangat.
“oh tidak, aku
tak memiliki tempat yang akan ku kunjungi, ataupun hal yang ingin kulakukan
saat ini.” jawab ku terbata dengan muka yang sedikit memerah di bagian pipi
yang sudah tirus ini.
“kalau begitu,
ikut aku. Aku ingin bermain sesuatu.” jawabnya dengan berjalan mempersiapkan
kursi roda untukku.
“dokter nanti
marah, bagaimana jika ada temanku datang.” jawabku dengan sedikit beralasan.
“semua sudah
ku urus, pakailah kerudungmu anak manja. Kita akan menghabiskan hari dengan
sunset.” jawab lelaki itu sedikit membendung air di kantung matanya.
“apa kamu
menangis ly?” tanya ku sambil mendongak ke arahnya yang sedang mendorong kursi
rodaku menuju halaman parkir.
“tidak, aku
tidak menangis sayang, aku hanya kelilipan debu, tak lebih hanya sekedar debu.”
jawabnya menahan isak.
“kenapa kau
memangilku sayang?. Jangan membohongiku, aku bukan balita, aku bukan anak sd,
aku bukan anak yang bodoh, aku tau dari suaramu seperti menahan sebuah desakan”
lanjutku sambil ia membantuku untuk masuk ke dalam mobil dan segera ia melipat
kursi roda yang diletak di dalam bagasi belakang mobil lalu kemudian masuk ke
dalam mobil dengan posisi duduk menjadi supir.
“sudah anak
manja, cerewet, kau terlalu banyak bertanya. Hehe” jawabnya dengan mengedipkan
mata denganku.
Tepat di bawah
jembatan yang di bawahnya memiliki air jenih dekat pantai, salah satu tempat
yang ingin kukunjungi dengan dia di kota ini. Dia membawaku ke tempat ini, tapi
ingin ku membuat kapal-kapal dari origami dan melepasnya di sungai yang
mengalir tenang ini. Aku tersenyum puas, ternyata dia membawakanku dua kardus
kapal-kapal origami yang sudah jadi dan beberapa origami yang akan kami lipat
bersama. Terkejutnya aku, semua teman, sahabatku muncul disana, bercengkrama
puas. Fadhly pun tersenyum, tapi ada yang aneh dari raut fadhly. Aku tau senyum
lepasnya. Tak seperti ini, ada yang ia sembunyikan dariku. Setelah berjam-jam
kami bermain origami, tertawa dan makanan sudah berserakan di tempat itu.
Akhirnya mereka menuju pantai, menikmati desiran ombak dikala sunset yang hanya
beberapa menit saja. Saat semua menju pantai. Sosok maya yang seperti mimpi ini
membantuku untuk duduk di sampingnya tidak dengan kursi rodaku. Badanku semakin
terasa panas, hidungku sakit. Tapi aku tidak menunjukan itu di depan fadhly.
“maaf, aku
yang mengatur ini semua, maaf aku datang disaat kau telah jatuh di lubang tanpa
dasar, maaf aku baru menolongmu. Maafkan aku icha.” ucapnya sambil mendekapku.
“fadhly, aku
tak apa-apa. Kamu juga telah melupakanku, kamu tak ingin mengenalku lagi, kamu
juga hanya menemuimu karena rasa kemanusiaan.” jawabku tegar.
“tidak, aku
berbohong. Bertahanlah demi aku cha, semua kan baik-baik saja. Aku yakin, icha
kuat dengan semuanya.” jawabnya menatapku seolah meyakinkanku.
“tapi, aku tak
sanggup lagi, terlalu sakit hidung ini ly. Kamu pernah bilang padaku, cobalah
mengikhlaskan sesuatu. Sekarang aku yang mengucapkan itu padamu. Bolehkan?”
jawabku sedikit terbata dan tak terasa darah layak keran keluar dari hidungku.
“chaaaaaaaa…”
teriak fadhly dengan keras dan menyita perhatian semua teman-temanku yang
bermain di pantai saat itu. Sebenarnya fadhly mengetahui hari ini hari terakhir
icha hidup, setelah dokter mengatakan pada dhea hidupnya tak lebih dari
seminggu lagi. Dhea menceritakan ini tidak sengaja dengan fadhly lewat dunia
maya. Tapi fadhly berharap sebuah keajaiban terjadi pada icha setelah ia hadir
di hadapannya. Ternyata takdir berkata lain.
“ly, aku m me
men mec menci mencin mencint mencintai mu,” ucap terakhir icha sebelum semuanya
gelap.
Semua bersigap
membawa icha ke rumah sakit, dan sebagian sudah menangis dengan keadaan icha
yang bersimbah darah. Sesampai di rumah sakit pun, semua menyambut icha dengan
jeritan dan tangisan. Seolah semua tak percaya, icha sudah tiada…
Dua hari sejak
saat itu fadhly yang tak berhenti menangis dan membuat matanya bengkak sambil
memeluk mr. Poo. Entah apa yang di pikirkannya. Ia harus mengikhlaskan icha
yang bukan miliknya, ia harus mengikhlaskan icha yang mulai tidur tenang dari
bahunya. Semua bayangan itu membuatnya tidak cukup tegar untuk menghadapinya.
Fadhly
menemukan selipan kertas di bagian mulut mr. Poo yang menggigit bambu plastik
itu, sebuah kertas yang bertuliskan.
Untukmu yang di khayalku
Mungkin kertas ini akan terbaca saat boneka ini kembali padamu
Dan saat itu aku sudah ada selalu di hatimu,
Jangan paksa aku pergi,
Biarkan aku jauh di belakangmu untuk melihat sedikit bayanganmu.
Biarkan aku melihat samar senyummu.
Aku mencintaimu
Tak lebih
Tak memakai koma.
Tak menggunakan nada panjang untuk mengucapkannya.
Untukmu yang menjadi kepingan terindah,
Fadhly rahman.
Mungkin kertas ini akan terbaca saat boneka ini kembali padamu
Dan saat itu aku sudah ada selalu di hatimu,
Jangan paksa aku pergi,
Biarkan aku jauh di belakangmu untuk melihat sedikit bayanganmu.
Biarkan aku melihat samar senyummu.
Aku mencintaimu
Tak lebih
Tak memakai koma.
Tak menggunakan nada panjang untuk mengucapkannya.
Untukmu yang menjadi kepingan terindah,
Fadhly rahman.
Setelah fadhly
membaca itu, tanpa sadar ia selalu mengulangnya dan airmata yang tak pernah
berhenti membasahi pipi tegasnya itu. Ia berjanji untuk melanjutkan menyirami
bunga hati yang dahulu dirawat icha.
Kemudian
fadhly melanjutkan kuliahnya di tempat icha kuliah, meskipun berbeda jurusan.
Ia ingin menikmati udara pagi kampus yang sering icha bicarakan padanya. Semua
keadaan yang selalu dijadikan status oleh icha di twitter.
“maaf icha,
aku mencintaimu,” gumam fadhly sambil melangkah masuk ke gedung perkuliahan
barunya itu.
The end